Latolato.live – Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) semakin masif menyerang ternak di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Sejumlah peternak resah harus mengeluarkan biaya tambahan dan harga sapi menjadi turun.
Penyakit LSD ini kerap disebut masyarakat dengan penyakit lato-lato lantaran kulitnya banyak terdapat benjolan. Sampai Mei ini tercatat lebih dari 680 sapi yang terserang LSD.
Sebanyak empat ekor di antaranya mati. Warga Pagerjurang Gunungkidul Minta minta pemerintah perbaiki jembatan yang putus.
“Kasus kumulatif sampai 3 mei ada 680 kasus LSD dan ada 4 ternak mati,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Purbawanti Wulandari, pada Minggu (07/05/2023).
Kabid Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan penyakit tersebut memasuki Kabupaten Gunungkidul sejak Februari lalu. Kasus ini sudah menyebar di 17 dari 18 Kapanewon di Gunungkidul.
Kasus terbanyak di Kapanewon Ngawen dengan 220 kasus, disusul Kapanewon Gendangsari 174 kasus. Di Kapanewon Nglipar ada 81 kasus, selebihnya bervariasi mulai dari 1 hingga 6 kasus dalam 1 Kapanewon.
“Kami terus lakukan pengawasan dan pendataan untuk menekan wabah ini, dan untuk vaksinasi kami masih menunggu instruksi dari pusat,” tuturnya.
Sementara itu peternak sapi di Pulutan, Tugiyanto mengaku resah dengan maraknya penyakit LSD. Sebab peternak harus mengeluarkan biaya tambahan untuk memeriksa. Selain itu harga jual sapi juga turun.
“Jelas, kami harus mengeluarkan biaya tambahan. Harga jual sapi menjadi turun,” katanya. Sejauh ini peternak berupaya mengobati sapi secara swadaya. Peternak juga meningkatkan kondisi kandang agar lebih bersih dan tidak mudah terjangkit penyakit.